Bloglovin Google+ Facebook Twitter Image Map

4 September 2011

Puncak kangen paling dahsyat ketika dua orang tak saling telp/sms/bbm dll tapi keduanya diem2 saling mendoakan .. -@sudjiwotedjo

30 August 2011

Selamat Lebaran



Wah, alhamdulillah yaa besok lebaran. Nggak diundur lagi kan? Hehehe. Biasanya nih seminggu sebelum lebaran, aku sudah sibuk memikirkan kata-kata apa yang nantinya akan kukirimkan pada teman-teman. Harus puitis. Satu ucapan untuk semua. Sama rata. Tapi itu dulu....

Seperti kalian, beberapa hari sebelum lebaran, aku pun menerima banyak ucapan via sms (Iyaa, sms. Memangnya kenapa kalau tak ada yang meneleponku ha?) Hampir semua sms tersebut, kuakui, sangat indah dibaca. Tapi, sebentar, sejujurnya, aku tidak membacanya sampai selesai. Aku hanya membaca bagian akhirnya saja. Bosan? Mungkin. Terlalu banyak sms yang seperti itu. Setelah dipikir-pikir, memang ada beberapa hal yang membuat aku melakukannya.

Pertama, bertele-tele. Ya Tuhan, maafkan hambamu yang sok ini. Anggap saja aku iri karena tak bisa membuat yang seindah itu. Tapi, di hari raya seperti ini, setiap orang akan banyak menerima sms serupa. Dan, untuk membaca kesemuanya yang panjangnya lebih dari 3 sms masing-masing itu tentu saja lama-lama membosankan. Bukan salah kalian kok, ini salah orang-orang yang mudah bosan sepertiku.

Kedua, kirim ke banyak. Mengerti maksudku? Seperti yang kulakukan lebaran-lebaran sebelumnya. Satu ucapan untuk semua orang yang pada kenyataannya memiliki keakraban yang berbeda. Selain itu, orang yang egois sepertiku ini, merasa kalau sms seperti itu tidak spesial. Tidak dibuat khusus untukku. Yah, tak perlu juga sms untuk aku diselipkan kata cinta di dalamnya. Hanya saja, sapaan yang menunjukkan itu untuk aku. Sederhana, tapi itu cukup spesial bagiku. Yah, bandingkan saja rasanya saat kalian berjalan lalu ada seseorang yang menyapa kalian dengan "Hey!" dan setelahnya, seseorang yang lain menyapa juga. Kali ini berbeda, "Hey, Nda!" atau "Manda..." Lebih wah yang mana?

Ketiga, hmm.. Rasanya cukup dua aja. Takut dilempar sepatu baru oleh kalian, hehehe.

Terus, setelah kritikan kamu itu... Emang kamu sendiri gimana, Nda?
Yup, pertanyaan yang ditunggu-tunggu. Lebaran kali ini, aku mengirimkan ucapan berbeda ke tiap-tiap orang. Sederhana kok isinya. Hanya permintaan maaf dan ucapan selamat lebaran saja. Tentu saja kalimatnya aku sesuaikan dengan siapa penerimanya, aku pernah salah apa, dan.. Tidak lupa, dia pernah salah apa, hahaha. Kalau teman jauh, aku buat tanpa basa-basi. Kalau yang dekat, hmm, aku berani menulis ucapan yang agak nyeleneh. Mumpung sudah akrab, hehe.

Memang capek sih harus mengetik satu persatu untuk setiap nomor. Tapi, aku hanya ingin melakukan sedikit usaha untuk menyampaikan maaf itu. Aku mau mereka menerima ucapan yang memang khusus untuk mereka. Menurut kalian pasti merepotkan, yaa? Hmm, tahu tidak, aku mengirim lebih dari 100 sms ucapan loh! Baterai ponselku sampai habis. Kalau dari efisiensi, tentu caraku ini salah. Tapi, itu kan untuk kalian yang tidak punya waktu. Sedang aku, waktuku banyak. Kesibukan hampir tidak ada. Mungkin ini juga faktor pendukungnya kali yaa? Hahaha.

Nah, untuk kalian semua, pembaca Instan tersayang, karena tak ada nomor telepon, karena belum hapal nama kalian satu persatu, aku massalkan saja yaa ucapannya? ;)

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1432 H. Mohon maaf lahir batin atas segala luka, baik yang masih terasa maupun yang sudah tak ada bekasnya (masih aja ngomongin luka) Jangan ada benci diantara kita, ya? ;)

Salam nastar penuh cinta <3

26 August 2011

Selamat Ulang Tahun, Amanda


Barangkali aku akan membeli kueku sendiri. Menyalakan lilin di atasnya. Dan meniupnya. Sendirian. -21'08

22 Agustus yang lalu, usiaku menginjak 18 tahun.
Hari itu, aku gelisah menunggu siapa orang pertama yang memberiku ucapan selamat. Dan, sekitar pukul 1.30, ponselku berbunyi. Dari bapak. Saat aku menekan tombol jawab, tak ada sapaan yang kudengar. Hanya.... Lantunan lagu Happy Birthday! Aku tidak tahu lagu itu didapat darimana. Dugaanku sih, itu dari kaset milikku saat kecil dulu, hehehe. Air mataku tiba-tiba saja tumpah. Aku ingat beberapa tahun yang lalu saat aku belum tinggal di Jakarta. Saat itu, aku dibangunkan oleh nyanyian kedua orang tuaku. "Selamat ulang tahun, kami ucapkan.. Selamat panjang umur, kita kan doakan..." Bapak asyik menepuk-nepuk tangannya sedang ibu membawa kue ulang tahun untukku. Setelah itu, seperti biasa, mereka mencium kedua pipi dan keningku, lalu melantunkan doa dan harapan yang sungguh selalu membuat aku  meneteskan air mata.

Saat mendengar lantunan lagu itu di ujung telepon, aku merasa sedih karena harusnya aku bisa melihat langsung wajah sumringah orang tuaku. Air mataku makin deras mengalir. Ya, aku tidak menyangka akan mendapat kejutan ini. Kukira, tak akan ada yang spesial. Umm, ternyata orang tuaku romantis!

Pagi harinya, aku mendapat banyak sekali pelukan dari teman-teman Publishing A :) AKU SENANG! 

"Aku pasti dapat bertahan hidup." kataku pada salah satu teman yang sedang memelukku.

"Maksudmu apa?" katanya gelisah. Ya, dia tahu aku baru putus cinta.

"Katanya, untuk bahagia kita butuh 8 pelukan sehari. Dan, lihat! Aku hampir dapat 20!" seruku sambil tertawa.

Kuliah dimulai. Tiba-tiba, Rara yang duduk di sampingku menaruh secarik kertas tepat di atas mejaku. Tuk.. Tuk.. Tuk... Dia mengetuk mejaku agar pandanganku beralih ke meja. Ternyata, kertas itu berisi ucapan selamat ulang tahun dalam berbagai bahasa. Dia baik sekali :)

Siang harinya, aku memutuskan untuk berjalan-jalan dengan 3 sahabatku. Kalian tahu, mengalami putus cinta menjelang hari ulang tahun akan membuat kalian merasa paling malang sedunia. Kupikir, daripada aku terus murung, lebih baik menghabiskan waktu bersama mereka. Sampai di toko buku, ponselku berdering. Sebuah sms masuk. Darinya. Hanya ucapan selamat saja kok. Tapi, setelah membacanya, aku galau seketika. Uh. Tidak lama kemudian, ponselku berdering lagi. Telepon dari kakakku. Kami mengobrol banyak. Hampir setengah jam kurasa.
"Manda, tadi aku ke kosan. Mau ngerjain kamu. Mau ngasih kejutan. Tapi kamunya nggak ada. Jadi aku yang ngerasa dikerjain.... Hiks.. Yaudah aku titip kado sama tante aja jadinya..."
"Iya, jam sebelas malem tuh aku inget mau ucapin ultah ke kamu. Yaudah aku BBMan sampai tengah malem biar nggak ngantuk. Eh, habis itu, aku malah lupa. Aku ngantuk, yaudah tidur deh. Nggak inget niat ngucapin ke kamu huhuhu..."
"Jangan galau lagi yaa. Nulis yang bagus-bagus makanya, jangan sedih-sedih melulu biar nggak sedih beneran."
Itulah beberapa bagian yang aku ingat dari percakapan kami.

Sambil menunggu adzan magrib, aku dan ketiga sahabatku mulai mencari obrolan. Oya, aku lupa cerita. Satu hari setelah aku putus, Tere, juga putus dengan pacarnya. Dan, tengah malamnya, Gita, juga putus. Ooo. ini bukan karena aku kan? Kalau Nisa... Dia sudah lebih dulu putus dengan pacarnya. Sekitar 4 bulan yang lalu mungkin. Sebagai korban kePUTUSan, akhirnya muncullah obrolan ini,

"Gita, kamu waktu putus, ngomongnya gimana?" tanyaku.

"Oh kamu mau putus? Oke, kita selesai!" jawab Gita, menirukan perkataan mantan pacarnya. "Kalo lo, Ter?"

"Kita putus aja..." jawab Tere. Benar-benar tidak bersemangat untuk membahasnya.

"Oh, kalo aku sih... Mungkin lebih baik kita pisah dulu.. Hahaha.." kataku, memaksakan tertawa. "Kalo Nisa, gimana?" tanyaku.

"Umm, aku... Dia sih yang tanya, 'Mau putus?' terus aku bilang iya.."

"Gila gampang banget..."

"Ih, asyik banget sih itu putusnya..."

"YA AMPUNNNN!"
Kami bertiga agak kaget mendengar jawaban Nisa.

"Pernah nggak sih kalian ngerasa udah bulet sama suatu keputusan... Tapi setelah itu.. Hanya dengan menerima sms darinya keputusan itu langsung samar lagi? Yang tadinya kalian yakin kalau dia itu jahat, tapi tiba-tiba kalian bilang kalau dia nggak sejahat itu kok. Dia tuh nggak niat kayak gitu.. Atau.. Yah, you know, semacam pembelaan..." kataku sambil mengangkat bahu.

Mereka bertiga tersenyum. Mengiyakan. 

"Rasanya tuh masih berat banget..." kata Tere tiba-tiba. "Baru 2 minggu, udah putus. Bayangin..."

"Lo mending, Ter, 2 minggu. Gue 2 tahun, putus gitu aja karena masalah sepele..." timpal Gita.

Saat itu aku tengah membaca novelku. Dengan tidak mengalihkan mataku dari novel tersebut, aku menimpali mereka berdua, "Tapi paling nggak, kalian nggak putus pas mau ultah kan?"

Seketika keduanya diam. Aku tersenyum samar. Merasa menang. Tuh, kan, aku yang paling ngenes nasibnya.. batinku, bangga. *eh

Selesai buka puasa dengan mereka, aku langsung pulang ke kosanku. Saat itu sudah pukul tujuh malam. Tante, pemilik kos, langsung menyambut aku dengan ucapan selamat ulang tahun, begitupun om. Setelah itu, mereka memberikan hadiah yang dititipkan kakakku. Hhhh, aku hampir menangis. Aku suka hadiahnya. Sebuah tas.

Keesokan harinya, Gono, temanku di kelas sebelah, main ke kelasku.

"Mandaaaaa...." sapanya sambil berjalan ke arahku.

"Oy, Gono!"

"Happy birthday..." katanya sambil mengulurkan tangan. Aku menjabat tangannya yang dingin dan jauh lebih besar dari tanganku.

"Ah, makasih Gono.."
Ternyata, masih ada ucapan juga meskipun sudah lewat harinya.

Lalu, saat kuliah dimulai, dosenku menjelaskan mengenai kalimat efektif.

"Kucing menangis. Secara ejaan dia benar.. Tapi apa dia adalah kalimat?" tanyanya.

"Bukaaaan" jawab kami malas.

"Iya. Secara logika, mana mungkin kucing menangis." kata dosenku lagi.

"Tapi kan kucing punya hati, Bu...." kata Tere, lirih.

"Tapi kan kucingnya baru putus, Bu..." sambungku yang langsung diikuti tatapan mata plis-deh-nda-jangan-bikin-galau oleh ketiga sahabatku.

Nah, sore harinya, ada acara buka bersama dengan keluarga besar kosanku hihi. Ada sebelas orang. Dan, ya ampun... Masih ada kejutan ternyata. Saat perjalanan pulang, beberapa kakak itu memberi aku ucapan lagi. Dan... 2 dari mereka memberiku tarian khusus. Bisa bayangkan rasanya meliat orang menari untukmu di trotoar yang ramai orang berlalu-lalang? Rasanya, lebih dari bahagia. Kami tertawa sepanjang jalan.
Sesungguhnya rasa bahagia itu sudah kita miliki. Tersimpan dalam hati kita. Pilihannya adalah mau atau tidak kita memakainya.

Untuk semua orang yang menyayangiku, teyimakasih :) Aku juga sayang kalian. Untuk yang belum mau menyayangiku, bolehkah aku tetap menyayangi kalian? Ini ulang tahun terbaik :) Alhamdulillah. Mana pantas merasa paling malang kalau sudah diberi kebahagiaan sebanyak ini!

Aku Amanda. Perempuan. Single. Delapan belas tahun.